Kamis, 29 April 2010

Anak Tidak dapat Membaca Belum Tentu Bodoh

http://www.wikimu.com

Sebut saja Tono. Di kelas dia selalu menjadi sasaran kegemasan gurunya. Teman-temannya pun kerap menjadikannya bulan-bulanan. Hal tersebut hanya karena Tono belum pandai membaca. Namun, jangan kaget kalau ketika dewasa Tono menjadi orang yang sukses. Mungkin saja Tono hanya menderita disleksia. Disleksia adalah suatu penyakit yang menyebabkan seseorang sulit membaca. Sekilas penyakit ini merupakan sesuatu yang remeh , namun disleksia ternyata dapat berakibat serius seperti depresi, trauma, dan bahkan mengakibatkan bunuh diri. Oleh karena itu disleksia patut dikenali secara dini dan ditangani dengan tepat.

Secara garis besar, disleksia dapat dibagi menjadi 'dileksia didapat' dan 'disleksia perkembangan'. 'Disleksia didapat' terjadi pada saat seseorang dewasa, biasanya terjadi akibat penyakit yang mengenai pusat bahasa, serta memiliki angka kejadian yang lebih kecil. 'Disleksia perkembangan' lebih sering ditemui, biasanya terjadi sejak kecil dan disebabkan oleh kelainan genetik. Oleh karena kasusnya lebih banyak, maka disleksia yang akan dibahas di sini adalah 'disleksia perkembangan'.

Seperti yang sudah diutarakan di atas, disleksia perkembangan disebabkan oleh kelainan genetik. Berbagai gen sudah ditemukan merupakan penyebab disleksia. Seseorang dengan disleksia biasanya juga memiliki saudara jauh yang menderita disleksia pula. Penelitian pada saudara kembar juga membuktikan hal serupa. Pada anak disleksia, gen yang mengatur perkembangan otak mengalami gangguan. Akibatnya otak tidak berkembang pada jalur yang seharusnya. Gangguan perkembangan tersebut hanya terjadi pada daerah otak yang berhubungan dengan bahasa khususnya jalur membaca (jalur yang menghubungkan antara pusat penglihatan dengan pusat bahasa). Namun, walau perkembangan di pusat bahasa terhambat, ternyata otak membuat kompensasi dengan perkembangan pada pusat lainnya. Tidak heran, anak dengan disleksia dapat memiliki kemampuan rata-rata atau bahkan di atas rata-rata. Tidak heran pula bila anak tidak dapat membaca namun memiliki bakat di bidang lainnya.

Mengenali disleksia dapat dibilang susah-susah gampang. Disleksia sering tidak dikenali karena orang tua sudah menganggap bahwa anak mereka bodoh. Seperti sudah dibahas sebelumnya, kurang mampu membaca belum tentu berarti anak bodoh, orang tua harus dapat melihat kemampuan umum anaknya. Kesulitan lain adalah karena terkadang disleksia disertai kelainan lain seperti kesulitan konsentrasi, ceroboh, kesulitan mengingat angka dan sebagainya. Oleh karena itu, orang tua harus segera membawa anaknya ke ahli perkembangan anak (dalam hal ini bisa seorang dokter atau psikolog). Biasanya perkembangan anak secara umum akan dinilai. Bila perkembangan umum anak normal atau lebih dari rata-rata, anak tersebut mungkin saja menderita disleksia. Karena disleksia sering menyebabkan depresi dan trauma terhadap pendidikan/sekolah, dukungan dari orang tua atau guru memegang peranan yang sangat penting. Selain mendukung anak belajar membaca, bakat anak harus segera dikenali dan dikembangkan sehingga kepercayaan diri anak tidak hilang. Biasanya kepecayaan diri anak akan hilang bila dukungan tidak diberikan sampai anak berusia 8 tahun. Selain itu, anak juga dapat dibawa ke dokter yang ahli dalam perkembangan anak, dalam hal ini dokter rehabilitasi medik (Sp.RM) atau dokter anak (Sp.A). Biasanya anak akan diterapi dengan metode multisensoris. Anak juga akan diterapi untuk meningkatkan kemampuan persepsi visual dan auditorinya.

Jadi...punya anak sulit membaca? Jangan sedih dulu...Siapa tahu bisa jadi ’bintang’ di bidang lain...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar