Kamis, 29 April 2010

Gangguan Konduksi (Gangguan Tingkah Laku) 2

1. Epidemiologi

Gangguan konduksi adalah sering ditemukan selama masa remaja dan masa anak-anak. Diperkirakan 6 sampai 16 persen anak laki-laki dan 2 sampi 9 persen anak perempuan dibawah usia 18 tahun memiliki gangguan. Gangguan adalah lebih sering di antara anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, dan rasio terentang dai 4 berbanding 1 sampai 12 berbanding 1. Gangguan konduksi adalah lebih sering pada anak-anak yang orang tuanya memiliki gangguan kepribadian antisosial dan ketergantungan alkohol dibandingkan pada populasi umum. Prevalensi gangguan konduksi dan perilaku antisosial adalah secara bermakna berhubungan dengan faktor sosioekonomi.

2. Etiologi

Tidak ada faktor tunggal yang berperan dalam perilaku antisosial anak-anak dan gangguan konduksi. Malahan, berbagai faktor biopsikososial adalah terlibat dalam perkembangan gangguan.

Faktor parental. Beberapa sikap orang tua dan cara membesarkan anak yang salah mempengaruhi perkembangan perilaku maladaptif anak. Kondisi rumah yang kacau adalah berhubungan dengan gangguan konduksi dan kenakalan. Tetapi rumah yang kacau saja tidak sebagai penyebab yang bermakna; ia adalah percekcokan antara orang tua yang menyebabkan gangguan konduksi. Psikopatologi orang tua, penyiksaan anak, dan pelantaran seringkali berperan dalam gangguan konduksi. Sisioparik, ketergantungan alkohol, dan penyalahgunaan zat pada orang tua adalah berhubungan dengan gangguan konduksi pada anak-anaknya.

Faktor sosiokultural. Teori sekarang menyatakan bahwa anak-anak yang kekurangan secara sosioekonomi dan tidak mampu mencapai status dan mendapatkan barang-barang materi yang cukup melalui cara yang dibenarkan adalah dipaksa untuk mengambil jalan yang tidak dapat diterima secara sosial utnuk mecapai tujuan tersebut dan bahwa perilaku tersebut adalah normal dan dapat diterima di bawah kondisi kekurangan sosioekonomi, karena anak-anak adalah mengikuti dalam nilai-nilai subkulturnya sendiri.

Faktor psikologis. Anak yang dibesarkan dalam kondisi yang kacau dan menelantarkan biasanya menjadi marah, mengacau, menuntut, dan tidak mampu secara progresif mengembangkan toleransi terhadap frustasi yang diperlukan untuk hubungan yang matur. Karena model perannya adalah buruk dan sering berganti-ganti, dasar untuk mengembangkan ego ideal dan konsistensi adalah tidak ada. Anak-anak ditinggalkan dengan sedikit motivasi untuk mengikuti norma masyarakat dan relatif tanpa penyesalan.

Faktor neurobiologis. Faktor neurobioligis dalam gangguan konduksi masih sedikit dipelajari. Tetapi penelitian pada gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas (GDAH) memberikan beberapa temuan yang penting, dan gangguan konduksi dan GDAH seringkali terjadi bersama-sama.

Penyiksaaan dan penganiayaan anak. Anak-anak yang mengalami kekerasan untuk jangka waktu yang lama, terutama yang mengalami penyiksaan fisik, sering berkelakuan dalam cara yang agresif. Anak-anak tersebut memiliki kesulitan dalam mengucapkan perasaan mereka, dan kesulitan tersebut meningkatkan kecenderungan mereka untuk mengekspresikan diri mereka secara fisik. Disamping itu, anak-anak dan remaja yang disiksa dengan kejam cenderung menjadi waspada secara berlebihan.

Faktor lain. GDAH, disfungsi atau kerusakan sistem saraf pusat, dan temperamen awal yang ekstrem dapat mempredisposisikan seorang anak pada gangguan konduksi. Kecenderungan untuk kekerasan adalah berhubungan dengan disfungsi sistem saraf pusat dan tanda psikopatologi yang parah, seperti kecenderungan delusional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar