Kamis, 29 April 2010

Jika Anak Tak Kunjung Mahir Membaca

http://www.glministry.com

Maria tak habis pikir, mengapa putrinya Sandy tak juga mahir membaca, meski sudah duduk di bangku sekolah dasar. Apalagi sebelumnya Sandy sudah mengenyam pendidikan play group dan taman kanak-kanak (TK). Sandy tak hanya kesulitan membaca, ia juga susah membedakan pelbagai kata yang memiliki kesamaan huruf dan bunyi seperti “paku” dengan “palu”, atau keliru memahami bunyi yang hampir sama: “lima puluh” dan “lima belas”. Dan sering salah mengucapkan kata, misal dari “gajah” menjadi “gagah”, “pelajaran” menjadi “perjalanan”.

Setelah diselidiki, Sandy tidak mengalami keterbelakangan mental, ia juga tidak mengalami gangguan kesehataan di bagian mata maupun telinga. Ini berarti, perkembangan fisik dan kecerdasannya sama dengan anak normal lainnya. Lantas, apa yang menyebabkan Sandy kesulitan belajar membaca?

Sebetulnya Sandy menderita disleksia, yakni gangguan berbahasa pada anak. Berasal dari bahasa latin, dys yang berarti kesulitan, dan lexis yang berarti bahasa. Jadi anak penderita disleksia tidak hanya mengalami kesulitan membaca, tetapi juga mengeja, menulis. Dan pelbagai gangguan lain seperti daya ingat jangka pendek yang buruk, kesulitan mengingat rutinitas aktivitas sehari-hari, dan sulit membedakan kanan dan kiri.

Pemicu disleksia adalah kelainan neurobiologis, yang ditandai dengan kesulitan dan mengenali kata dengan tepat, baik dalam pengejaan dan pengkodean simbol. Tapi, ada juga yang berpendapat bahwa disleksia adalah kondisi pemprosesan input atau informasi yang berbeda dari anak normal. Kesulitan membaca yang dialami penyandang disleksia, tidak ada hubungannya dengan tingkat intelegensi mereka. Bahkan dalam beberapa kasus, anak penyandang disleksia jauh lebih cerdas dari anak normal lainnya.

Di Amerika Serikat (AS), telah dikembangan suatu metode untuk membantu penyandang disleksia, yang dikembangkan oleh Dore Achievement Centers. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa anak disleksia memiliki kekurangan aktivitas pada otak di bagian kanan yang dinamakan serebelum, yang hanya mengandung 50 persen saraf otak. Dengan metode ini, anak distimuli di bagian otak tesebut, dengan sejumlah pembelajaran.

Anda sendiri juga bisa memberikan sejumlah pelatihan kepada anak yang menyandang disleksia, dengan cara menyisihkan waktu untuk mengajari dia membaca. Tapi, jangan paksakan pelatihan ini apabila anak sedang dalam kondisi tidak fit, sehinga rentan terhadap emosi negatif. Mulailah pelatihan dengan bertahap. Bersikaplah positif dan berikan apresiasi ketika anak bisa membaca dengan benar. Jangan hanya sekadar mengajarkan membaca pada anak, tapi juga bantulah dia untuk menghayati setiap pelafalan kata dari mulutnya.

Gunakan buku cerita untuk pelatihan ini, dan mulailah membaca terlebih dulu dengan suara keras untuk menarik minat anak. Padukan juga dengan kegiatan lain yang dapat merancang keterampilan berbahasa seperti menebak kata dan mengarang cerita. Bacakan cerita menjelang anak tidur di malam hari, untuk membantu pengendapan verbal di memorinya, dan buatlah aktivitas ini semenarik mungkin bagi anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar