Kamis, 29 April 2010

Gangguan Menentang Oposisional 2

1. Epidemiologi

Perilaku oposisional dan negativistik mungkin normal secara perkembangan pada masa anak-anak awal. Penelitian epidemiologi terhadap sifat negativistik pada populasi nonklinis menemukan gangguan antara 16 dan 22 persen anak usia sekolah. Walaupun gangguan menentang oposisional dapat dimulai seawal usia 3 tahun, biasanya dimulai pada usia 8 tahun dan biasanya tidak lebih dari masa remaja.

Gangguan lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan sebelum pubertas, dan rasio jenis kelamin kemungkinan sama setelah pubertas. Satu ahli menyatakan bahwa anak perempuan lebih sering diklasifikasikan menderita gangguan oposisional dibandingkan anak laki-laki, karena anak laki-laki lebih sering mendapatkan diagnosis gangguan konduksi.

Tidak ada poka keluarga yang jelas, tetapi hampir semua orang tua anak-anak dengan gangguan menentang oposisional adalah terlalu memperhatikan masalah kekuasaan, kontrol, dan otonomi. Beberapa keluarga memiliki beberapa anak yang bandel, ibu yang mengendalikan dan depresif, dan ayah yang pasif-agresif. Pada banyak kasus pasien merupakan anak yang tidak diinginkan.

2. Etiologi

Memaksakan keinginan diri sendiri dan menentang keinginan orang lain adalah penting untuk perkembangan normal. Hal ini berhubungan dengan pembentukan otonomi seseorang, membentuk identitas, dan menentukan standar dan kendali dalam diri. Contoh yang paling dramatis dari perilaku oposisional normal memuncak antara usia 18 dan 24 bulan, yaitu dua yang menakutkan (terrible two), saat anak mulai berkelakuan secara negativistik sebagai ekspresi otonimi yang sedang berkembang. Patologi mulai jika fase perkembangan menetap secara abnormal, tokoh berkuasa bereaksi secara berlebihan, atau perilaku oposisional lebih sering terjadi dibandingkan pada sebagian besar anak dengan usia mental yang sama.

Anak-anak mungkin memiliki predisposisi konstitusional atau temperamental untuk keinginan yang kuat, kesukaan yang kuat, atau pemaksaan yang besar. Jika kekuasaan dan kendali adalah masalah bagi pasien atau jika mereka menunjukan kekuasaan untuk kebutuhan mereka sendiri, dapat terjadi perjuangan yang menentukan stadium perkembangan gangguan menentang oposisional. Apa yang dimulai bagi bayi sebagai usaha untuk menegakkan penentuan diri (self-determination) menjadi ditransformasikan sebagai suatu pertahanan terhadap ketergantungan yang berlebihan pada ibu dan sebagai alat perlindungan terhadap serangan ke dalam otonomi ego. Pada masa anak-anak akhir, traumata lingkungan, penyakit, atau inkapasitas kronis, seperti keterbelakangan mental, dapat memicu oposisionalisme sebagai suatu pertahanan terhadap ketidakberdayaan, kecemasan, dan hilangnya hargadiri. Stadium oposisional normatif lain terjadi pada masa remaja sebagai ekspresi untuk menegakkan edentitas yang otonom.

Teori psikoanalitik klasik melibatkan konflik yang tidak terpecahkan yang berkembang selama periode anal. Ahli teori perilaku telah menyatakan bahwa oposisionalisme merupakan perilaku yang didorong dan dipelajari dengan mana anak menunjukan kendali terhadap tokoh yang berkuasa – sebagai contohnya, melakukan temper tantrum jika diminta beberapa tindakan yang tidak disukai, anak memaksa orang tua untuk menarik permintaan mereka. Disamping itu, meningkatnya perhatian orang tua – sebagai contohnya, diskusi yang lama tentang perilaku – dapat mendorong perilaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar